BEKASICYBERNEWS.COM, Jakarta - Sambut pesta demokrasi Tahun 2024, seruan akan Pemilu damai datang dari berbagai sumber. Komisioner Komnas HAM Disabilitas dan Forum Ulama Santri Indonesia juga ikut ambil bagian dalam memberikan seruannya pada Pemilu 2024 mendatang.
Saat di temui di Kantor Sekretariat Komisioner Komnas Disabilitas RI yang bertempat di Jl. Cawang Jakarta Timur, Komisioner Komnas HAM Disabilitas, Kikin Tarigan sampaikan beberapa edukasi politik tentang peran politik para penyandang disabilitas.
"Saya adalah satu diantara 7 orang Komisioner yang di lantik oleh Presiden Jokowi pada Tanggal 1 Desember 2021. Komisi Nasional disabilitas adalah salah satu lembaga HAM RI, selain Komnas HAM ada juga Komnas anak, Komnas perempuan dan Komnas disabilitas. Pertama bahwa secara Internasional, Indonesia sudah meratifikasi konteks Internasional tentang disabilitas salah satu akibatnya adalah pertama menerima seluruh disabilitas menjadi bagian komitmen Komnas HAM, akibat dari itu, dibentuknya undang-undang no 4 Tahun 2016 tentang disabilitas di mana di salah satu pasalnya itu dimantapkan terbentuknya Komisi disabilitas," terangnya.
"Kami 7 orang, 4 diantaranya dari disabilitas dan 3 lagi non disabilitas, 4 orang Komisioner disabilitas itu pertama Ibu Ketua Penyandang Disabilitas, Ganda Dante Rigmalia, Fatimah Asri Mutmainah penyandang disabilitas fisik, Jonna Aman Damanik Penyandang Disabilitas Senasoril Netra dan Rachmita Malin Harahap Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara dan saya pernah menjadi penyandang disabilitas sumbing di dalam sampai tidak bisa bicara," ujar Kikin.
Selain itu, Kikin Tarigan juga menceritakan pengalaman semasa masih menyandang disabilitas dan memberikan pesan kepada masyarakat bahwa penyandang disabilitas tidak bisa di intervensi untuk dapat menimba ilmu layaknya non disabilitas.
"saya pernah bersekolah di SLB sebelum operasi itu terjadi, Nah setelah operasi saya bisa berbicara dengan melakukan beberapa terapi, para Komisioner yang saya sampaikan tadi kalau kita lihat secara akademis beliau ini bergelar doktor dan semua secara akademis merupakan orang-orang unggulan, artinya penyandang disabilitas tidak bisa di intervensi untuk bisa menimba ilmu layaknya non disabilitas.
"Disini kami membahas disabilitas tidak di pandang sebagai kekurangan tapi keberagaman, karena seperti perbedaan suku, agama dan budaya. Disabilitas itu stigma menjadi disabilitas itu ada yang beranggapan oleh kutukan dan sebagainya, tapi bukan seperti itu, ada faktor keturunan," ungkapnya.
Lebih lanjut Kikin menyampaikan visi dan misi Komisioner Komnas Disabilitas.
"Visi kami adalah lembaga yang efektif dalam melaksanakan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak setiap individu penyandang disabilitas dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia inklusi disabilitas. Misi nya membangun strategi serta mekanisme pemantauan dan evaluasi, mendorong dan memastikan terselesaikan bentuk pelanggaran serta diskriminasi, sosialisasi dan edukasi politik kepada teman-teman disabilitas," bebernya.
"Negara pengkhususan dan perlindungan lebih terhadap disabilitas, perempuan dan anak , sesuai undang-undang No. 8 tahun 2016 penyandang disabilitas punya hak politik, pertama adalah hak di data memilih, hak untuk di pilih, dan hak berpartisipasi sebagai penyelenggara, Negara sudah melakukan pendataan dan pencocokan data dari kementerian dalam negeri ke KPU , angkanya baru 1.2 juta disabilitas bisa saja bertambah dan berdasarkan ragam disabilitas itu sendiri," katanya.
Ia berharap pemilu kali ini berjalan dengan damai dengan saling menghargai sehingga menjadikan pemimpin yang akan membawa Indonesia lebih maju dan baik lagi.
"Kami dari komisioner disabilitas RI berharap di pemilu kali ini berjalan damai, saling menghargai satu sama lain, baik itu disabilitas dan non disabilitas, karena kita sama-sama punya hak memilih dan di pilih sebagai warga negara Indonesia yang baik tentunya harus menjunjung tinggi nilai keberagaman, dan tentunya dari keberagaman tersebut menjadi dinamika yang harmonis sejalan dengan tujuan demokrasi.
Di kesempatan yang sama Ketua Umum Forum Ulama Santri Indonesia (FUSI) angkat bicara dengan memberikan himbauan kepada seluruh santri dan ulama agar tetap menjaga kerukunan antar sesama.
"Indonesia di bangun dan lahir dari beragam suku, bahasa, agama dan budaya, tentu ini rentan terhadap hal-hal yang mengakibatkan perpecahan, oleh karenanya, jangan sampai kita beda pilihan, beda calon dan beda pandangan politik, jangan sampai kita bangsa yang besar ini akan pecah karena pemilu ini hanya lima tahunan, dan siapapun yang terpilih itu adalah pilihan kita semua, kita tidak ingin dampak dari pilihan-pilihan ini terus larut mengganggu kepentingan. Utama kita adalah menjaga persatuan dan kesatuan," paparnya.
"Kepentingan kita adalah membangun Indonesia ke depan ini, karena tantangan begitu berat, perlu di ingat bisa jadi kita beda pilihan tapi kita hidup di udara yang sama, lahir di bumi yang sama dan kita makan dari hasil bumi yang sama, kita minum dari air yang sama, kita sudut dari bumi yang sama bahkan kita mati di kebumikan di bumi yang sama yaitu Indonesia, jadi jangan sampai kepentingan perbedaan pilihan akan menjadi kita harus pecah dan bertikai," tegas Gus Syaifuddin saat sampaikan himbauan pemilu damai di kantor PCNU Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Gus Syaifuddin juga mengingatkan motto para santri terhadap kecintaan terhadap bangsa dan negara. "Perlu di ingat motto para santri itu Kecintaan kita terhadap bangsa dan negara itu yang paling utama, pilihan-pilihan itu bukan jadi tujuan akhir, tujuan akhir adalah kesejahteraan bersama jangan sampai tujuan bersama di korbankan untuk kepentingan sesaat dan tentunya para santri harus bisa menghormati dan menghargai sesama, para santri takzim terhadap ulama, santri berdakwah merangkul bukan memukul, dakwah yang mencintai dengan penuh kasih bulan perasaan membenci apalagi kita sangat menghormati agama lain, kita jadikan Pemilu ini pemilu yang damai dan rukun," tegasnya.
"Sebagai santri harus menghargai perbedaan politik, apapun agama dan pilihannya mereka itu tetap saudara kita sebangsa dan setanah air, kita tidak akan menjadikan politik alat untuk permusuhan dan pertikaian. Kita tidak boleh menjadi kan simbol-simbol agama menjadi alat untuk sebagai politik, karena simbul ini sangat lah sakral, kita tidak boleh membenci berlebihan siapapun presiden yang di pilih adalah presiden kita juga presiden bangsa ini," pungkasnya.
Di akhir sesi wawancara Gus Syaifuddin himbau agar generasi milenial gunakan hak pilih. "Saya menghimbau kepada generasi milenial agar gunakan hak pilih. Karena 5 tahun kedepan adalah milik kita, jadikan pemilu kali ini pemilu damai pemilu yang harmonis agar Indonesia lebih indah lagi," tutupnya.
(Rab)
0 Komentar